Entri Populer

Monday 29 September 2014

Konduktometri



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mempelajari titrasi sangatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia dan bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.  Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari berbagai jenis titrasi. Hal yang membedakan antara titrasi konduktometri dengan titrasi jenis lainnya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan tersebut. Jika menggunakan titrasi volumetri, titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Indikator digunkaan untuk mempermudah dalam melihat zat tersebut sudah mencapai ekivalen . Titik ekivalen pada titrasi konduktometri  dapat diketahui dari daya hantar larutan yang diukur. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator. Untuk lebih memahami mengenai titrasi konduktometri, maka dilakukan percobaan elektroanalisis yang berjudul titrasi konduktometri.
1.2  Tujuan
·         Melakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri.
·         Menghitung konsentrasi dari elektrolit dengan titrasi.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades
Akuades juga biasa disebut dengan air. Jika akuades mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap, tidak menimbulkan gejala serius atau tidak berbahaya. Namun jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak medis (Anonim, 2012).
2.1.2        Larutan CH3COOH
Kontak dengan kulit dapat menyebabkan kemerahan, nyeri dan luka bakar. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata menyebabkan iritasi jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah  Segera menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15 menit.  Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan diare. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu. Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis (Anonim, 2012).
2.1.3        Larutan NaOH
Kontak dengan kulit menyebabkan  iritasi, gatal, panas. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah bilas daerah kulit yang terkena kontak natriun hidroksida menggunakan air bersih mengalir minimal 15 menit. Kontak dengan mata menyebabkan  iritasi, gatal, kemerahan, dan perih. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah cuci mata dengan air bersih minimal 15 menit dengan sesekali mata diangkat dan ditutup. Bila terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk dan dada sesak. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas buatan. Konsumsi dalam jumlah besar akan membahayakan janin, terbakar di mulut dan tenggrokan, nyeri di dada, muntah-muntah dan tekanan darah rendah. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu (Anonim, 2012).
2.1.4        Larutan HCl
Kontak dengan kulit menyebabkan luka bakar dan dermatis. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah bilas daerah kulit yang terkena kontak asam klorida menggunakan air bersih mengalir minimal 15 menit dan segera lepaskan pakaian yang etrkontaminasi. Kontak dengan mata menyebabkan  iritasibahkan dapat menyebabkan kebutaan. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah cuci mata dengan air bersih minimal 15 menit dengan sesekali mata diangkat dan ditutup. Bila terhirup dapat menyebabkan bronchitis kronis. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah dipindahkan ketempat yang cukup udara, diberikan nafas buatan atau oksigen. Jika tertelan akan menyebabkan luka bakar pada membran mukosa di mulut dan esophagus. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu (Anonim, 2012).
2.1.5        KCl
Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan gata-gatal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata menyebabkan iritasi jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah  segera menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15 menit.  Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan diare. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu. Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis (Anonim, 2012).
2.1.6        Larutan BaCl2
Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi kulit. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata menyebabkan iritasi jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah  Segera menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15 menit.  Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan diare. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu. Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis (Anonim, 2012).
2.1.7        Larutan NH3
Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan atau corneal kebutaan. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah segera dibilas dengan air paling tidak 15 menit, kemudian segera meminta pertolongan medis. Kontak kulit dapat menyebabkan radang dan iritasi. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah segera dibilas dengan air sekurang-kurangnya 15 menit. Bila terkena pakaian dan sepatu segera cuci dengan air dingin dan sabun. Inhalasi zat akan menghasilkan iritasi ke perut usus atau saluran pernafasan, dicirikan oleh bersin dan batuk. Bila terhrup secara berlebihan dapat merusak paru-paru, shock, ketidaksadaran atau kematian. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah segera pergi ke tempat yang berudara segar. Jika tidak dapat bernapas, dapat diberikan pernafasan buatan. Apabila sulit bernapas segera diberi oksigen. Segera beri tindakan medis. Hal ini mungkin berbahaya kepada orang yang memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut karena bahan bersifat racun dan korosif (Anonim, 2012).
2.2      Titrasi Konduktometri
Salah satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk menghantarkan arus listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan berbagai persoalan dalam bidang elektroanalisis. Secara kuantitatif sifat hantaran ini dapat digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri. Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari tahanan, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (Bassett. 1994).
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 1990).
Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar larutan sampel setelah ditambahkan titran. Dasar pengukuran dari metode titrasi ini jika perbedaannya antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen (larutan pentiter). Penggunaan titrasi konduktometri akan mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin tidak didapatkan jika menggunakan titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini tidak perlu mencarititik ekuivalen dengan melihat adanya perubahan warna. Walaupun demikian masih banyak kelemahan–kelamahan dalam titrasi konduktometri ini. Titrasi konduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri (Sukardjo,1989).
Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dari frekuensi arus yang digunakan. Jika frekuensi arus bertambah cukup besar, maka pengaruh kapasitan dan indutif akan makin besar. Adapun jenis titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300Hz)
Penambahan suatu elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan karena akan terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadi penurunan konduktivitas karena terjadinya penggantian ion yang mempunyai konduktivitas rendah. Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan dua alur garis yang saling berpotongan. Titik potong ini disebut titik ekivalen. Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah yang secara potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara koduktometri dapat dilakukan, selain itu secara konduktometri contoh suhu tidak perlu dilakukan.
2.        Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi tinggi.
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilator berionisasi pada frekuensi beberapa MHz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain, sedangkan kerugiannya respon tidak spesifik karena tidak bergantung pada hantaran dan tetapan dielektrik dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen sistem
(Bassett, 1994).
Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion – ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga temperatur larutan harus dijaga agar berada dalam keadaan konstan, Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion–ion dalam larutan tidak dapat begerak dengan bebas (Stoker, 1993).
            Meode titrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri adalah titrasi asam kuat-basa kuat sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasi ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
 
Daya hantar H+ turun sampai titik ekuivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+  (Stoker, 1993).
Metode konduktometri dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antar konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut – turut jarak elektrode harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Titrasi asam lemah terhadap basa lemah dapat dengan mudah dilaksanakan dengan cara konduktometri. Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran  sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil bila dibandingkan dengan besarnya konduktansi total. Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linier lagi dengan konsentrasi (Khopkar,1990).
            Macam – macam titrasi yang dapat digunakan untuk metode konduktometri adalah titrasi asam basa dan titrasi pengendapan. Pada kedua titrasi ini terjadi pengurangan jumlah ion sebelum TE dan penambahan ion tertentu dari pentiter sehingga menyebabkan konduktivitas larutan turun sebelum TE dan naik setelah TE (Bassett, 1994).

 
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
1.      Konduktometer
2.      Konduktometer sel
3.      Buret
4.      Beaker Glass
5.      Pipet Volum
6.      Ball pipet
7.      Batang Pengaduk
3.1.2        Bahan
1.      Larutan 10-2 M  HCl
2.      Larutan 10-2­ M NaOH
3.      Larutan 10-3 M  CH3COOH
4.      Larutan 10-2 N NH3
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kalibrasi Konduktometer

BAB 4. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Nilai konduktivitas dari NaOH,  NH3, dan CH3COOH
Titrasi NaOH-HCl
Titrasi NH3-HCl
Titrasi CH3COOH-NH3
Volum HCl
Kondutivitas NaOH
Volum HCl
Kondutivitas NH3
Volum NH3
Kondutivitas CH3COOH
-
-
-
-
0.5
140
-
-
1
158
1
149
1.5
1544
1.5
179
1.5
151
2
1528
2
201
2
172
2.5
1434
2.5
226
2.5
179
3
1407
3
244
3
186
3.5
1311
3.5
268
3.5
188
4
1257
4
292
4
206
4.5
1231
4.5
309
4.5
212
5
1146
5
336
5
224
5.5
1098
5.5
362
5.5
239
6
1067
6
374
6
246
6.5
1048
6.5
398
6.5
255
7
974
7
405
7
263
7.5
925
7.5
419
7.5
277
8
920
8
451
8
303
8.5
917
8.5
465
8.5
306
9
896
9
481
9
310
9.5
850
9.5
484
9.5
326
10
837
10
505
10
348
10.5
830
10.5
541
10.5
346
11
798
11
546
11
338
11.5
772
11.5
570
-
-
12
768
12
583
-
-
12.5
739
12.5
603
-
-
13
696
13
601
-
-
13.5
706
13.5
600
-
-
14
707
-
-
-
-

4.1.2 Konsentrasi larutan Elektrolit
Percobaan
Larutan
Konsentrasi (M)
Volume Ekivalen (mL)
1
HCl
0.018
13.5
2
HCl
0.02
12.5
3
NH3
0.023
10.5

4.2  Pembahasan
Percobaan yang berjudul titrasi konduktometri bertujuan melakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri dan menghitung konsentrasi dari elektrolit dengan titrasi. Titrasi didefinisikan ssebagi metode analisa kimia secara kuantitatif yang digunakan untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. konduktometri  adalah  salah  satu  metode  analisa  elektrokimia  selain potensiometri, amperometri dan voltametri. Titrasi konduktometri merupakan titrasi berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Larutan elektrolit akan memiliki ion-ion yang dapat bergerak bebas dan memungkinkan ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Daya hantar listrik hanya dimiliki oleh larutan elektrolit sehingga titrasi konduktometri hanya dapat diterapkan pada larutan yang bersifat elektrolit.
Prinsip dari titrasi konduktometri adalah substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Konduktivitas menyatakan kemudahan – kemudahan suatu analit untuk meneruskan arus listrik. Satuan konduktivitas adalah (ohm meter). Suatu larutan elektrolit asam kuat ketika ditambahkan basa, nilai konduktansi (hantaran) akan turun, hal ini disebabkan terjadi subtitusi ion-ion H+ yang memiliki konduktivitas tinggi dengan ion-ion dari larutan basa yang memiliki konduktivitas rendah.
Nilai konduktansi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. Suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai nilai konduktansi yang besar. Apabila larutan elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion yang berada pada larutan untuk membawa arus, tetapi keampuan  tiap  ion  dalam  meneruskan  muatan  akan  semakin  besar  karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer. Penambahan elektrolit lain pada analit juga akan mempengaruhi nilai konduktansi. Sesuai dengan prinsip dari titrasi konduktometri, konduktansi larutan turun ketika ditambahkan larutan elektrolit lain yang memiliki konduktansi lebih rendah karena terjadianya subtitusi dari ion-ion. Selain itu nilai konduktansi dapat berubah ketika pada larutan diberikan dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktansi akan naik ketika larutan diencerkan. Hal Ini disebabkan berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
            Kegiatan pertama pada percobaan titrasi konduktometri adalah kalibrasi alat. Alat yang digunakan untuk mengukur substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain disebut konduktometer. Kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya. Tujuan dilakukan  proses kalibrasi adalah untuk mempertahankan keakuratan dari data pengamatan yang dihasilkan. Larutan yang digunakan untuk kalibrasi konduktometer adalah KCl 0.01M. Larutan KCl 0.01M dibuat dengan cara melarutkan padatan KCl sebanyak 0.07g kedalam 100ml aquades. Larutan KCl 0.01M memiliki nilai konduktansi sebesar 1413 µS. Elektroda dimasukkan kedalam larutan standart KCl 0.01M sampai pada monitor menunjukkan angka 1413. Kegitan kalibrasi ini dilakukan pada setiap akan mengukur nilai konduktansi dari larutan analit. Hal ini dilakukan agar alat tetap akurat untuk membaca nilai konduktansi dari larutan analit tersebut.
            Titrasi konduktometri tidak jauh berbeda dengan titrasi yang lain, yaitu memiliki kurva titrasi. Jika pada titrasi volumetri diplotkan antara pH dan volume larutan pentiter, maka pada titrasi konduktometri kurva titrasinya berupa plot galis dari nilai konduktivitas dengan volum larutan peniter. Pada kurva titrasi terdapat titik yang dinamakan dengan titik ekivalen dan biasanya didefinisikan sebagai titik ketika mol larutan peniter tepat habis bereaksi (ekivalen) dengan larutan yang dititrasi. Titik ekivalen tidak dapat diamati secara langsung pada saat titrasi. Titik ekivalen ditentukan melalui perhitungan dan pengamatan terhadap kurva titrasi yang dihasilkan dari kedua larutan tersebut. Titik ekivalen dalam titrasi konduktometri dapat dideteksi dari daya hantar dari larutan yang diukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi tersebut telah  mencapai ekivalen.
Titrasi pertama setelah proses kalibrasi konduktometer adalah titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Titrasi 25 ml NaOH 0.01 M dilakukan dengan penambahan 0.5 ml larutan HCl. Setiap penambahan 0.5 ml HCl dilakukan pengukuran nilai konduktansi. Titrasi dihentikan ketika nilai konduktansi dari larutan konstan. Ketika NaOH direaksikan dengan HCl maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq)                    NaCl(aq) + H2O(aq)
Berikut adalah grafik yang diplotkan antara nilai konduktansi dengan volume HCl:
 


Berdasarkan grafik diatas, mula-mula konduktivitas larutan naik sedikit demi sedikit mulai dari penambahan volum HCl 1ml sampai 12 ml. Ketika pada volum HCl 12.5 ml sampai 13.5 ml nilai konduktansinya relatif stabil yaitu pada 603µS/cm. Daerah yang memiliki nilai konduktivitas konstan adalah daerah 603 µS/cm dengan volum HCl yang ditambahkan sebanyak 12.5 ml, sehingga 603 µS/cm merupakan titik ekivalen kurva.
Konsentrasi HCl juga ditentukan melalui titrasi konduktometri menggunkan larutan NH3. Volum NH3 yang digunakan adalah 25 ml dengan konsentrasi 0.01 M, sedangkan volume HCl yang digunakan adalah volum pada saat titik ekivalen, yaitu pada volum 12.5 ml. Konsentrsi HCl diperoleh dengan cara memasukkan nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH, dan volume HCl kedalam rumus  sehingga diperoleh . Konsentrasi HCl yang dihasilkan dari perhitungan kurang akurat. Grafik titrasi dihasilkan seharusnya terdapat perubahan nilai konduktivitas yang signifikan ketika ditambahkan sedikit volume larutan peniter.
Titrasi yang terahir adalah titrasi antara larutan NH3 dengan larutan CH3COOH. Jika dituliskan dalam persamaan reaksi, maka:
 CH3COOH (aq) + NH3(aq)                      NH4+(aq) + CH3COO -(aq)
Titrasi 25 ml CH3COOH 0.01 M dilakukan dengan penambahan 0.5 ml larutan NH3. Setiap penambahan 0.5 ml NH3 dilakukan pengukuran nilai konduktansi. Titrasi dihentikan ketika nilai konduktansi dari larutan konstan. Berikut adalah grafik yang diplotkan antara nilai konduktansi dengan volume NH3:






Berdasarkan grafik diatas, mula-mula konduktivitas larutan naik sedikit demi sedikit mulai dari penambahan volum NH3 1 ml sampai 7.5 ml. Ketika pada volum NH3 8-8.5 ml nilai konduktivitasnya konstan yaitu pada 303 µS/cm, tetapi nilai ini naik ketika ditambahkan kembali 0.5ml NH3. Nilai konduktivitas yang relatif kostan  ketika volum NH3 yang ditambahkan adalah 10 ml yaitu 348 µS/cm dan 10.5 ml yaitu 346 µS/cm yang kemudian turun sampai 338 µS/cm pada volum 11. Berdasarkan grafik diatas titik ekivalen kurva terletak pada 346 µS/cm dengan volum NH3 10.5 ml.
Konsentrasi NH3 juga ditentukan melalui titrasi konduktometri menggunkan larutan CH3COOH. Volum CH3COOH yang digunakan adalah 25 ml dengan konsentrasi 0.01 M, sedangkan volume NH3 yang digunakan adalah volum pada saat titik ekivalen, yaitu pada volum 10.5 ml. Konsentrsi NH3 diperoleh dengan cara memasukkan nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH, dan volume HCl kedalam rumus  sehingga diperoleh . Konsentrasi NH3 yang dihasilkan dari perhitungan kurang akurat. Grafik titrasi dihasilkan seharusnya terdapat perubahan nilai konduktivitas yang signifikan ketika ditambahkan sedikit volume larutan peniter. 

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari percobaan titrasi konduktometri yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Prinsip dasar titrasi konduktometri adalah substitusi ion – ion dengan suatu konduktivitas oleh ion – ion dengan konduktivitas yang lain. Prinsip tersebut dapat digunakan untuk analisis secara kuantitatif misalnya manghitung konsentrasi analit.
2.      Konsentrasi larutan elektrolit yang digunakan pada percobaan ini adalah  (titrasi NaOH – HCl),  (titrasi NH3 – CH3COOH),  (titrasi NH3 – CH3COOH).
5.2 Saran
1.      Hendaknya dicek terlebih dahulu ketika menggunakan alat konduktometer agar data percobaan  sesuai dengan literatur.
2.      Lebih leliti dalam melakukan pengenceran larutan dan pembacaan skala pada buret.

















Daftar Pusataka

Anonim. 2012. Aquades (http://www.nordicstaldkemi.dk) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.33 WIB.
Anonim. 2012. Larutan asam Klorida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924120) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.48 WIB.
Anonim. 2012. Natrium Hidroksida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9974790) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.48 WIB.
Anonim. 2012. Asam Asetat (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924285) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.49 WIB.
Anonim. 2012. Amoniak (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9927248) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.50 WIB.
Basset, J,  et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.  Penerbit Buku Kedokteran EGC.  Jakarta.
Khopkar.  1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik.  Jakarta : Universitas Indonesia. 
Stoker, H.S. 1993. Introduction to chemical Principle. New York: Macmillan Publishing Company.
Sukardjo. 1989. Kimia Analisis Instrumen. Yogyakarta: Rinaka Cipta.
Tim Kimia Analitik. 2012. Penuntun praktikum Elektrokimia. Jember: FMIPA UJ.

 

























No comments:

Post a Comment