BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mempelajari
titrasi sangatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia dan
bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak
dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak
membutuhkan banyak reagen. Titrasi
merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan
suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada
kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri.
Titrasi konduktometri merupakan
salah satu dari berbagai jenis titrasi. Hal yang membedakan antara titrasi
konduktometri dengan titrasi jenis lainnya hanya terdapat bagaimana cara untuk
mengetahui titik ekivalen dari larutan tersebut. Jika menggunakan titrasi
volumetri, titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna bila zat itu
dalam keadaan setimbang. Indikator digunkaan untuk mempermudah dalam melihat
zat tersebut sudah mencapai ekivalen . Titik ekivalen pada titrasi
konduktometri dapat diketahui dari daya
hantar larutan yang diukur. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator.
Untuk lebih memahami mengenai titrasi konduktometri, maka dilakukan percobaan
elektroanalisis yang berjudul titrasi konduktometri.
1.2 Tujuan
·
Melakukan analisis
kuantitatif menggunakan teknik konduktometri.
·
Menghitung konsentrasi
dari elektrolit dengan titrasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Material
Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades
Akuades juga biasa disebut dengan air. Jika akuades
mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap, tidak menimbulkan gejala
serius atau tidak berbahaya. Namun jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak
medis (Anonim, 2012).
2.1.2
Larutan CH3COOH
Kontak dengan kulit
dapat menyebabkan kemerahan, nyeri dan luka bakar. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan
adalah Lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit
dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi
iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata
menyebabkan iritasi
jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Segera
menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15
menit. Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi
medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan
laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
memberikan udara segar atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat
menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan
diare. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa
gelas air atau susu. Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk
praktisi medis (Anonim, 2012).
2.1.3
Larutan NaOH
Kontak dengan kulit menyebabkan
iritasi, gatal, panas. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
bilas daerah kulit yang terkena kontak natriun hidroksida menggunakan air
bersih mengalir minimal 15 menit. Kontak dengan mata
menyebabkan iritasi, gatal, kemerahan, dan perih.
Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah cuci mata dengan air bersih
minimal 15 menit dengan sesekali mata diangkat dan ditutup.
Bila terhirup dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk dan dada sesak. Tindakan
pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas
buatan. Konsumsi dalam jumlah besar akan membahayakan
janin, terbakar di mulut dan tenggrokan, nyeri di dada, muntah-muntah dan
tekanan darah rendah. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
diberikan beberapa gelas air atau susu (Anonim, 2012).
2.1.4
Larutan HCl
Kontak dengan kulit
menyebabkan luka
bakar dan dermatis. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah bilas
daerah kulit yang terkena kontak asam klorida menggunakan air bersih mengalir
minimal 15 menit dan segera lepaskan pakaian yang etrkontaminasi.
Kontak dengan mata
menyebabkan iritasibahkan dapat menyebabkan kebutaan.
Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah cuci mata dengan air bersih
minimal 15 menit dengan sesekali mata diangkat dan ditutup.
Bila terhirup dapat
menyebabkan bronchitis kronis. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
dipindahkan ketempat yang cukup udara, diberikan nafas buatan atau oksigen.
Jika tertelan akan
menyebabkan luka bakar pada membran mukosa di mulut dan esophagus. Tindakan
pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu
(Anonim, 2012).
2.1.5
KCl
Kontak
dengan kulit dapat
menyebabkan iritasi, kemerahan dan gata-gatal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan
adalah lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit
dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi
iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata
menyebabkan iritasi
jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah segera menahan
kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15 menit.
Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Bila
terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium normal.
Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar atau
nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada
sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan diare. Tindakan
pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu.
Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis (Anonim,
2012).
2.1.6
Larutan BaCl2
Kontak
dengan kulit dapat
menyebabkan iritasi kulit. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Lepaskan pakaian yang
terkontaminasi. Segera cuci kulit dengan air dan sabun yang lembut.
Carilah saran medis jika terjadi iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi
medis. Kontak
dengan mata menyebabkan iritasi
jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Segera
menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15
menit. Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk praktisi
medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan
laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
memberikan udara segar atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat
menyebabkan iritasi pada sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan
diare. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa
gelas air atau susu. Segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan MSDS untuk
praktisi medis (Anonim, 2012).
2.1.7
Larutan NH3
Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan atau corneal
kebutaan. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah segera
dibilas dengan air paling tidak 15 menit, kemudian segera meminta pertolongan
medis. Kontak kulit dapat menyebabkan
radang dan iritasi. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
segera dibilas dengan air sekurang-kurangnya 15 menit. Bila terkena pakaian dan
sepatu segera cuci dengan air dingin dan sabun. Inhalasi zat akan menghasilkan
iritasi ke perut usus atau saluran pernafasan, dicirikan oleh bersin dan batuk.
Bila terhrup secara berlebihan dapat merusak paru-paru, shock, ketidaksadaran
atau kematian. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
segera pergi ke tempat yang berudara segar. Jika tidak dapat bernapas, dapat
diberikan pernafasan buatan. Apabila sulit bernapas segera diberi oksigen.
Segera beri tindakan medis. Hal ini mungkin berbahaya kepada orang yang
memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut karena bahan bersifat racun
dan korosif (Anonim, 2012).
2.2
Titrasi
Konduktometri
Salah satu sifat larutan elektrolit adalah
kemampuannya untuk menghantarkan arus listrik. Sifat hantaran ini sangat
berguna di dalam pemecahan berbagai persoalan dalam bidang elektroanalisis.
Secara kuantitatif sifat hantaran ini dapat digunakan untuk analisis suatu zat
yang dipelajari dalam konduktometri. Konduktometri merupakan metode analisis kimia
berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan
bergantung pada jenis dan konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik merupakan
kebalikan dari tahanan, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm. Bila
arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya
hantar listrik berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda dan berbanding
terbalik dengan jarak kedua elektroda (Bassett.
1994).
Konduktometri
merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi.
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 1990).
Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan
daya hantar larutan sampel setelah ditambahkan titran. Dasar
pengukuran dari metode titrasi ini jika perbedaannya antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen (larutan pentiter). Penggunaan titrasi
konduktometri akan mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin tidak didapatkan
jika menggunakan titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena
dalam titrasi konduktometri ini hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam
titrasi konduktometri ini tidak perlu mencarititik ekuivalen dengan melihat
adanya perubahan warna. Walaupun demikian masih banyak kelemahan–kelamahan
dalam titrasi konduktometri ini. Titrasi konduktometri hanya
terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan
untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri (Sukardjo,1989).
Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua
cara, tergantung dari frekuensi arus yang digunakan. Jika frekuensi arus
bertambah cukup besar, maka pengaruh kapasitan dan indutif akan makin besar.
Adapun jenis titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan
frekuensi arus rendah (maksimum 300Hz)
Penambahan suatu
elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volum yang begitu besar
akan mempengaruhi konduktivitas larutan karena akan terjadi reaksi ionik atau
tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang
cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti pada titrasi
asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadi penurunan konduktivitas
karena terjadinya penggantian ion yang mempunyai konduktivitas rendah. Pada
titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkan konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diukur pada
setiap penambahan sejumlah pereaksi pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan
dua alur garis yang saling berpotongan. Titik potong ini disebut titik
ekivalen. Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari
larutan yang dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk asam yang sangat
lemah yang secara potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara koduktometri
dapat dilakukan, selain itu secara konduktometri contoh suhu tidak perlu
dilakukan.
2.
Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan
frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi tinggi.
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas
sistem reaksi yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilator berionisasi
pada frekuensi beberapa MHz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda
ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain, sedangkan
kerugiannya respon tidak spesifik karena tidak bergantung pada hantaran dan
tetapan dielektrik dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia
dari komponen-komponen sistem
(Bassett, 1994).
Titrasi konduktometri
ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan
dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik
dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak
terdapat ion – ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan
dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya.
Sehingga temperatur larutan harus dijaga agar berada dalam keadaan konstan,
Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar
seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi memiliki daya hantar yang
kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion–ion dalam larutan tidak dapat
begerak dengan bebas (Stoker, 1993).
Meode
titrasi
konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu
titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri adalah titrasi asam kuat-basa
kuat sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar
listrik yang baik. Kurva titrasi ditunjukkan pada gambar dibawah
ini:
Daya hantar H+ turun sampai titik
ekuivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam
larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik
ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan
bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya
hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara
perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+ (Stoker,
1993).
Metode
konduktometri dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan
antar konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut – turut jarak
elektrode harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Titrasi asam lemah terhadap
basa lemah dapat dengan mudah dilaksanakan dengan cara konduktometri. Titrasi
konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak
berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik
terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4,
dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil bila
dibandingkan dengan besarnya konduktansi total. Konduktometri merupakan
prosedur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan
antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linier lagi dengan konsentrasi (Khopkar,1990).
Macam – macam titrasi
yang dapat digunakan untuk metode konduktometri adalah titrasi asam basa dan
titrasi pengendapan. Pada kedua titrasi ini terjadi pengurangan jumlah ion
sebelum TE dan penambahan ion tertentu dari pentiter sehingga menyebabkan
konduktivitas larutan turun sebelum TE dan naik setelah TE (Bassett, 1994).
BAB 3. METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1
Alat
1. Konduktometer
2. Konduktometer
sel
3. Buret
4. Beaker
Glass
5. Pipet
Volum
6. Ball
pipet
7. Batang
Pengaduk
3.1.2
Bahan
1. Larutan
10-2 M HCl
2. Larutan
10-2 M NaOH
3. Larutan
10-3 M CH3COOH
4. Larutan
10-2 N NH3
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kalibrasi
Konduktometer
BAB 4. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Percobaan
4.1.1 Nilai konduktivitas dari NaOH, NH3, dan CH3COOH
Titrasi NaOH-HCl
|
Titrasi NH3-HCl
|
Titrasi CH3COOH-NH3
|
|||
Volum HCl
|
Kondutivitas NaOH
|
Volum HCl
|
Kondutivitas NH3
|
Volum NH3
|
Kondutivitas CH3COOH
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0.5
|
140
|
-
|
-
|
1
|
158
|
1
|
149
|
1.5
|
1544
|
1.5
|
179
|
1.5
|
151
|
2
|
1528
|
2
|
201
|
2
|
172
|
2.5
|
1434
|
2.5
|
226
|
2.5
|
179
|
3
|
1407
|
3
|
244
|
3
|
186
|
3.5
|
1311
|
3.5
|
268
|
3.5
|
188
|
4
|
1257
|
4
|
292
|
4
|
206
|
4.5
|
1231
|
4.5
|
309
|
4.5
|
212
|
5
|
1146
|
5
|
336
|
5
|
224
|
5.5
|
1098
|
5.5
|
362
|
5.5
|
239
|
6
|
1067
|
6
|
374
|
6
|
246
|
6.5
|
1048
|
6.5
|
398
|
6.5
|
255
|
7
|
974
|
7
|
405
|
7
|
263
|
7.5
|
925
|
7.5
|
419
|
7.5
|
277
|
8
|
920
|
8
|
451
|
8
|
303
|
8.5
|
917
|
8.5
|
465
|
8.5
|
306
|
9
|
896
|
9
|
481
|
9
|
310
|
9.5
|
850
|
9.5
|
484
|
9.5
|
326
|
10
|
837
|
10
|
505
|
10
|
348
|
10.5
|
830
|
10.5
|
541
|
10.5
|
346
|
11
|
798
|
11
|
546
|
11
|
338
|
11.5
|
772
|
11.5
|
570
|
-
|
-
|
12
|
768
|
12
|
583
|
-
|
-
|
12.5
|
739
|
12.5
|
603
|
-
|
-
|
13
|
696
|
13
|
601
|
-
|
-
|
13.5
|
706
|
13.5
|
600
|
-
|
-
|
14
|
707
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.1.2
Konsentrasi larutan Elektrolit
Percobaan
|
Larutan
|
Konsentrasi
(M)
|
Volume
Ekivalen (mL)
|
1
|
HCl
|
0.018
|
13.5
|
2
|
HCl
|
0.02
|
12.5
|
3
|
NH3
|
0.023
|
10.5
|
4.2
Pembahasan
Percobaan yang berjudul titrasi konduktometri bertujuan melakukan
analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri dan menghitung
konsentrasi dari elektrolit dengan titrasi. Titrasi didefinisikan ssebagi metode analisa kimia secara kuantitatif yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
konduktometri adalah salah
satu
metode analisa
elektrokimia selain potensiometri, amperometri
dan voltametri. Titrasi konduktometri
merupakan titrasi berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Larutan elektrolit akan memiliki ion-ion yang
dapat bergerak bebas dan memungkinkan ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus
listrik. Daya hantar listrik hanya dimiliki
oleh larutan elektrolit sehingga titrasi konduktometri hanya dapat diterapkan
pada larutan yang bersifat elektrolit.
Prinsip dari
titrasi konduktometri adalah substitusi
ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Konduktivitas menyatakan
kemudahan – kemudahan suatu analit untuk meneruskan arus listrik. Satuan
konduktivitas adalah (ohm meter). Suatu larutan elektrolit
asam kuat ketika ditambahkan basa, nilai konduktansi (hantaran) akan turun, hal
ini disebabkan terjadi subtitusi ion-ion H+ yang memiliki konduktivitas
tinggi dengan ion-ion dari larutan basa yang memiliki konduktivitas rendah.
Nilai
konduktansi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai
nilai konduktansi yang besar. Apabila larutan elektrolit diencerkan, konduktivitas
akan turun karena lebih sedikit ion yang berada pada larutan untuk membawa arus,
tetapi keampuan tiap ion
dalam
meneruskan muatan
akan semakin besar
karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer.
Penambahan elektrolit lain pada analit juga akan mempengaruhi nilai
konduktansi. Sesuai dengan prinsip dari titrasi konduktometri, konduktansi
larutan turun ketika ditambahkan larutan elektrolit lain yang memiliki
konduktansi lebih rendah karena terjadianya subtitusi dari ion-ion. Selain itu nilai konduktansi dapat
berubah ketika pada larutan diberikan dua elektrode
yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh
larutan, konduktansi akan naik ketika larutan diencerkan. Hal Ini disebabkan
berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh
kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Kegiatan pertama pada percobaan
titrasi konduktometri adalah kalibrasi alat. Alat
yang digunakan untuk mengukur substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas
oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain disebut konduktometer.
Kalibrasi
adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui tingkat kebenarannya. Tujuan dilakukan proses kalibrasi
adalah untuk mempertahankan keakuratan dari data pengamatan yang dihasilkan.
Larutan yang digunakan untuk kalibrasi konduktometer adalah KCl 0.01M. Larutan
KCl 0.01M dibuat dengan cara melarutkan padatan KCl sebanyak 0.07g kedalam
100ml aquades. Larutan KCl 0.01M memiliki nilai konduktansi sebesar 1413 µS.
Elektroda dimasukkan kedalam larutan standart KCl 0.01M sampai pada monitor menunjukkan angka
1413. Kegitan kalibrasi ini dilakukan pada setiap akan mengukur nilai
konduktansi dari larutan analit. Hal ini dilakukan agar alat tetap akurat untuk
membaca nilai konduktansi dari larutan analit tersebut.
Titrasi
konduktometri tidak jauh berbeda dengan titrasi yang lain, yaitu memiliki kurva
titrasi. Jika pada titrasi volumetri diplotkan antara pH dan volume larutan
pentiter, maka pada titrasi konduktometri kurva titrasinya berupa plot galis
dari nilai konduktivitas dengan volum larutan peniter. Pada
kurva titrasi terdapat titik yang dinamakan dengan titik ekivalen dan biasanya
didefinisikan sebagai titik ketika mol larutan peniter tepat habis bereaksi
(ekivalen) dengan larutan yang dititrasi. Titik ekivalen tidak dapat diamati
secara langsung pada saat titrasi. Titik ekivalen ditentukan melalui
perhitungan dan pengamatan terhadap kurva titrasi yang dihasilkan dari kedua
larutan tersebut. Titik ekivalen dalam titrasi konduktometri dapat dideteksi dari daya hantar dari larutan yang diukur,
jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi tersebut telah mencapai ekivalen.
Titrasi pertama setelah proses kalibrasi konduktometer adalah
titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Titrasi 25 ml NaOH 0.01 M dilakukan
dengan penambahan 0.5 ml larutan HCl. Setiap penambahan 0.5 ml HCl dilakukan
pengukuran nilai konduktansi. Titrasi dihentikan ketika nilai konduktansi dari
larutan konstan. Ketika NaOH direaksikan dengan HCl
maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Berikut adalah grafik yang diplotkan antara nilai
konduktansi dengan volume HCl:
Berdasarkan
grafik diatas, mula-mula konduktivitas larutan naik sedikit demi sedikit mulai
dari penambahan volum HCl 1ml sampai 12 ml. Ketika pada volum HCl 12.5 ml
sampai 13.5 ml nilai konduktansinya relatif stabil yaitu pada 603µS/cm.
Daerah yang memiliki nilai konduktivitas konstan adalah daerah 603 µS/cm
dengan volum HCl yang ditambahkan sebanyak 12.5 ml,
sehingga 603 µS/cm merupakan titik
ekivalen kurva.
Konsentrasi HCl
juga ditentukan melalui titrasi konduktometri menggunkan larutan NH3.
Volum NH3 yang digunakan adalah 25 ml dengan konsentrasi 0.01 M,
sedangkan volume HCl yang digunakan adalah volum pada saat titik ekivalen,
yaitu pada volum 12.5 ml. Konsentrsi HCl diperoleh dengan cara memasukkan
nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH, dan volume HCl kedalam rumus
sehingga diperoleh
. Konsentrasi HCl yang dihasilkan dari
perhitungan kurang akurat. Grafik
titrasi dihasilkan seharusnya terdapat perubahan nilai konduktivitas yang
signifikan ketika ditambahkan sedikit volume larutan peniter.


Titrasi yang terahir adalah titrasi antara larutan NH3
dengan larutan CH3COOH. Jika dituliskan dalam persamaan reaksi,
maka:

Titrasi 25 ml CH3COOH 0.01 M dilakukan
dengan penambahan 0.5 ml larutan NH3. Setiap penambahan 0.5 ml NH3 dilakukan pengukuran nilai konduktansi. Titrasi
dihentikan ketika nilai konduktansi dari larutan konstan. Berikut adalah grafik
yang diplotkan antara nilai konduktansi dengan volume NH3:
Berdasarkan
grafik diatas, mula-mula konduktivitas larutan naik sedikit demi sedikit mulai
dari penambahan volum NH3
1 ml sampai 7.5 ml. Ketika pada volum NH3
8-8.5 ml nilai konduktivitasnya konstan yaitu pada 303 µS/cm,
tetapi nilai ini naik ketika ditambahkan kembali 0.5ml NH3.
Nilai konduktivitas yang relatif kostan
ketika volum NH3 yang ditambahkan adalah 10 ml
yaitu 348 µS/cm dan 10.5 ml yaitu 346 µS/cm yang kemudian turun sampai 338
µS/cm pada volum 11. Berdasarkan grafik diatas titik
ekivalen kurva terletak pada 346 µS/cm dengan volum NH3
10.5 ml.
Konsentrasi NH3
juga ditentukan melalui titrasi konduktometri menggunkan larutan CH3COOH. Volum CH3COOH yang digunakan
adalah 25 ml dengan konsentrasi 0.01 M, sedangkan volume NH3
yang digunakan adalah volum pada saat titik ekivalen, yaitu pada volum 10.5 ml.
Konsentrsi NH3
diperoleh dengan cara memasukkan nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH,
dan volume HCl kedalam rumus
sehingga diperoleh
.
Konsentrasi NH3 yang dihasilkan dari perhitungan kurang akurat. Grafik titrasi dihasilkan seharusnya terdapat
perubahan nilai konduktivitas yang signifikan ketika ditambahkan sedikit volume
larutan peniter.


BAB
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari
percobaan titrasi konduktometri yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Prinsip
dasar titrasi konduktometri adalah substitusi ion – ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion – ion dengan konduktivitas yang lain. Prinsip tersebut
dapat digunakan untuk analisis secara kuantitatif misalnya manghitung
konsentrasi analit.
2. Konsentrasi
larutan elektrolit yang digunakan pada percobaan ini adalah
(titrasi NaOH –
HCl),
(titrasi NH3
– CH3COOH),
(titrasi NH3
– CH3COOH).



5.2 Saran
1. Hendaknya
dicek terlebih dahulu ketika menggunakan alat konduktometer agar data
percobaan sesuai dengan literatur.
2. Lebih
leliti dalam melakukan pengenceran larutan dan pembacaan skala pada buret.
Daftar
Pusataka
Anonim.
2012. Larutan asam Klorida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9924120) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.48
WIB.
Anonim.
2012. Natrium Hidroksida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9974790) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.48
WIB.
Anonim.
2012. Asam Asetat (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9924285) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.49
WIB.
Anonim.
2012. Amoniak (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9927248) diakses 6 Mei 2012 pukul 18.50
WIB.
Basset, J, et al. 1994. Buku
Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Stoker, H.S. 1993. Introduction
to chemical Principle. New York: Macmillan Publishing Company.
Sukardjo. 1989. Kimia Analisis Instrumen. Yogyakarta:
Rinaka Cipta.
Tim
Kimia Analitik. 2012. Penuntun praktikum
Elektrokimia. Jember: FMIPA UJ.