BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrokimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang
mengamati hubungan antara efek listrik dan kimia. Elektrokimia mempelajari
perubahan kimia yang terjadi akibat arus listrik yang mengalir pada suatu bahan
dan energi yang listrik dihasilkan oleh reaksi kimia. Sistem pengukuan pada
elektroanalisis terdiri atas: (1) elektrolit: sistem kimia yang menghantarkan
arus litrik, (2) alat ukur (rangkaian luar): untik mengukur arus listrik, dan
(3) elektroda: konduktor yang berfungsi menghubungkan sistem alat ukur dengan
elektrolit.
Analisis elektrokimia terdiri dari beberapa metode antara
lain potensiometri, konduktometri, elektrogravimetri, dan polarografi. Sebagian
besar metode elektroanalisis didasarkan pada sifat – sifat elektrokimia dari
suatu larutan. Hal ini mengingat bahwa suatu larutan elektrolit yang terdapat
dalam suatu bejana yang dihubungkan dengan dua buah elektroda akan memberikan
arus listrik yang disebabkan oleh adanya perbedaan potensial. Jadi analisis
baik kualitatif maupun kuantitatif yang didasarkan pada sifat – sifat
kelistrikan suatu cuplikan didalam sel elektrokimia. Untuk lebih memahami
mengenai metode analisis dalam elektrokimia, maka akan dilakukan percobaan
elektronalisis yang berjudul voltametri.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
cara menggunakan potentiostat dan menyusun rangkaian sel elektrokimianya?
2. Bagaimana
cara melakukan analisis voltametri untuk penentuan analit dalam larutan?
1.3
Tujuan
·
Mahasiswa dapat
menggunakan potentiostat dan menyusun rangkaian sel elektrokimianya serta
melakukan analisis volatametri untuk penentuan analit dalam larutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Material
Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades
Akuades
juga biasa disebut dengan air. Jika akuades mengenai mata, kulit, tertelan,
atau juga terhisap, tidak menimbulkan gejala serius atau tidak berbahaya. Namun
jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak medis (Anonim, 2012).
2.1.2
Larutan NaNO3
Kontak
dengan kulit tidak
dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan
adalah Lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera cuci kulit
dengan air dan sabun yang lembut. Carilah saran medis jika terjadi
iritasi. Tunjukkan MSDS untuk praktisi medis. Kontak dengan mata
menyebabkan iritasi
jaringan mata. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah Segera
menahan kelopak mata terbuka dan dibasuh dengan air selama minimal 15
menit. Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi
medis. Bila terhirup tidak dianggap sebagai bahaya dengan penggunaan laboratorium
normal. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah memberikan udara segar
atau nafas buatan jika diperlukan. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada
sistem lambung dengan gejala mual, muntah, kram, dan diare. Tindakan
pertolongan yang harus dilakukan adalah diberikan beberapa gelas air atau susu.
Segera dapatkan bantuan medisdan tunjukkan MSDS untuk praktisi medis (Anonim,
2012).
2.1.3
Larutan NaOH
Kontak dengan kulit menyebabkan
iritasi, gatal, panas. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
bilas daerah kulit yang terkena kontak natriun hidroksida menggunakan air
bersih mengalir minimal 15 menit. Kontak dengan mata menyebabkan
iritasi, gatal, kemerahan, dan perih. Tindakan pertolongan yang harus
dilakukan adalah cuci mata dengan air bersih minimal 15 menit dengan sesekali
mata diangkat dan ditutup. Bila terhirup dapat menyebabkan iritasi
saluran pernafasan, batuk dan dada sesak. Tindakan pertolongan yang harus
dilakukan adalah memberikan udara segar atau nafas buatan. Konsumsi dalam jumlah besar akan membahayakan
janin, terbakar di mulut dan tenggrokan, nyeri di dada, muntah-muntah dan
tekanan darah rendah. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan adalah
diberikan beberapa gelas air atau susu (Anonim, 2012).
2.2 Analisis Elektrokimia Dengan Metode Voltametri
Voltametri
merupakan salah satu teknik dalam analisis elektrokimia. Voltametri adalah
suatu elektrolisis dimana arus direkam sebagai suatu fungsi potensial elektroda
kerja. Voltametri merupakan elektrolisis dalam ukuran mikroskala dengan
menggunakan mikro elektroda kerja, disebut juga teknik arus voltase. Potensial
dari mikro elektroda kerja divariasikan dan arus yang dihasilkan dicetak
sebagai fungsi dari poetnsial. Hasil cetakan ini disebut
voltamograf. Voltametri berkembang pesat dibanding metode analisis
lain, hal ini dikarenakan kelebihan dalam sensitifitas, selektifitas,
kesederhanaan dan kemudahan penganalisisan (Haryadi, 1993).
Voltametri
mempelajari hubungan voltase arus-waktu selama elektrolisis dilakukan dalam suatu
sel, di mana suatu elektroda mempunyai luas permukaan yang relative besar, dan
elektroda yang lain (elektroda kerja) mempunyai luas permukaan yang sangat
kecil dan seringkali dirujuk sebagai mikroelektroda: lazimnya teknik ini
mencakup pengkajian pengaruh perubahan voltase pada arus yang mengalir di dalam
sel. Mikroelektroda ini biasanya dibuat dari bahan tak reaktif yang menghantar
listrik seperti emas, platinum atau karbon, dan dalam beberapa keadaan dapat
digunakan suatu elektroda merkurium tetes (D.M.E) untuk kasus istimewa ini
teknik itu dirujuk sebagai polarografi. Voltametri merupakan metoda
elektrokimia yang mengamati perubahan arus dan potensial. Potensial
divariasikan secara sistematis sehingga zat kimia tersebut, mengalami oksidasi
dan reduksi dipermukaan elektroda. Dalam voltametri, salah satu elektroda pada
sel elektrolitnya terpolarisasi. Penelahan pada sistem tersebut diikuti dengan
kurva arus tegangan. Metode ini umum digunakan untuk menentukan komposisi dan
analisis kuantitatif larutan (Laidler, 1996).
Sistem
voltametri ada yang disebut dengan siklik voltametri. Voltametri ini
merupakan tehnik voltametri dimana arus diukur selama penyapuan
potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan kembali lagi potensial
awal atau disebut juga penyapuan (scanning) dapat dibalik kembali setelah
reduksi berlangsung. Dengan demikian arus katodik maupun anodik
dapat terukur. Arus katodik adalah arus yang digunakan pada saat penyapuan dari
arus yang paling besar menuju arus yang paling kecil dan arus anodik adalah
sebaliknya (Khopkar, 1985).
Sel voltametri,
terdiri dari 3 elektroda yaitu elektroda pembanding, elektroda kerja, dan
elektroda pembantu. Elektroda kerja pada voltametri tidak bereaksi, akan tetapi
merespon elektroda aktif apa saja yang ada dalam sampel. Pemilihan elektroda
bergantung pada besarnya range potensial yang diinginkan untuk menguji sampel
(Laidler, 1996).
Jenis dan teknik yang termasuk
kedalam voltametri adalah sebagai berikut:
a. Polarografi
Polarografi adalah suatu bentuk
elektrolisis dalam mana elektroda kerja berupa suatu elektroda merkuri tetes,
dan direkam suatu kurva arus voltase (voltammogram). Polarogarfi digunakan
secara luas untuk analisis ion –ion logam dan anion –anion anorganik, seperti
IO dan NO . Gugus fungsi senyawa organik yang mudah teroksidasi atau tereduksi
juga dipelajari dalam polarogarfi. Gugus fungsi yang digunakan meliputi
karbonil, asam karboksilat, dan senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap
(Day dan Underwood, 1989).
b. Hydrodynamic
Voltametri
Hydrodynamic voltametri bermanfaat
untuk analisis reduksi atau oksidasi pada potensial yang lebih
positif karena hydrodynamic voltametri tidak dibatasi untuk elektroda Hg.
Arus pada hydrodynamic voltametri diukur sebagai fungsi dari aplikasi potensial
pada elektroda kerja (Laidler, 1996).
c. Stripping
voltametri
Stripping Voltametri terdiri atas
tiga teknik yaitu : anoda, katoda, dan adsorpsi stripping voltametri.
Anodic stripping voltametri terdiri dari dua tahap Pertama pengontrolan potensial
elektrolisis yang mana elektroda kerja, biasanya tetes merkuri atau lapis tipis
merkuri, pada potensial katoda yang cukup untuk melapisi ion logam pada
elektroda. Tahap kedua, potensial anoda di scan kearah potensial yang lebih
positif. Ketika potensial pada elektroda kerja cukup positif analit dilepaskan
dari elektroda, larutan dikembalikan dalam bentuk oksidasi. Arus selama tahap
stripping dimonitor sebagai fungsi dari potensial, memberikan bentuk kenaikan
pada puncak voltammogram yang sama Puncak arus yang proporsional pada
konsentrasi analit dalam larutan. Anodic stripping voltametri sangat sensitif
pada percobaan, yang mana harus dikontrol dengan hati–hati jika hasilnya ingin
akurat dan tepat (Laidler, 1996).
Potensial yang diterapkan pada elektroda
dalam teknik voltametri ini biasanya bermacam-macam, yang menghasilkan beberapa
varian teknik voltametri diantaranya
adalah
: LSV (linear sweep voltammetry), CV (cyclic voltammetry), DPV (differensian
pulse voltammetry) dan SWV (square wave voltammetry).
a.
LSV (linear sweep
voltammetry)
Linear
sweep voltammetry adalah istilah umum
untuk suatu teknik voltametri
dimana
potensial yang diberikan pada elektroda kerja dengan variasi waktu linier.
Metode ini juga mencakup polarography, siklik voltametri rotating disc voltametri.
Slope yang dihasilkan dari metode ini memiliki unit potensial (volt) per satuan
waktu, dan biasanya disebut scan rate percobaan.
Nilai
dari scan rate percobaan dapat divariasi dari tingkat rendah mV/sec
(khusus untuk polarography) sampai tingkat tinggi 1.000.000 V/sec (tercapai
bila digunakan ultra mikroelektrode sebagai electrode kerja). Dengan jalur
linier potensial, arus faraday ditemukan untuk menaikkan scan rates yang
lebih tinggi.
b.
CV (cyclic
voltammetry)
Cyclic
voltammetry adalah yang paling umum digunakan
dalam teknik elektrokimia, dan berdasarkan pada kelinieran potensial dari
kurva. Sehingga perubahan potensial sebagai fungsi linier dari waktu. Tingkat
perubahan potensial dengan waktu mengarah pada scan rate.
Voltammogram dari CV yaitu:
2.3
DPV (differensian pulse voltammetry)
Differensian
pulse voltammetry diperoleh dengan
menambahkan secara periodik pulse potensial (meningkatkan potensial sementara)
untuk menjalankan voltase yang digunakan pada LSV. Arus diukur hanya khusus
untuk pulse dan diakhiri pada penerapan pulse. Perbedaan antara kedua arus
diplotkan sebagai fungsi jalur potensial pada LSV.
Voltammogram dari DPV yaitu:
2.4
SWV (square wave voltammetry)
Square
wave voltammetry dan differential
pulse voltammetry keduanya digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Metode ini mengambil keuntungan dari timing sampel ke computer
berulang kali pada dua titik relative terhadap waktu penerapan tegangan square
wave untuk electroda. Perbedaan antara dua nilai arus diplotkan sebagai
fungsi dari aplikasi potensial DC. Hasil yang diperoleh adalah puncak dari voltammetryc
wave , sesuai dengan aktivitas elektro dari spesies pada sel
elektrokimia.
Voltammogram dari SWV yaitu :
Beberapa
keungulan dari metode analisis voltametri jika dibandingkan dengan metode yang
lain adalah:
-penyediaan
cuplikan yang sederhana
-waktu analisis
yang cepat.
-Penyedian
cuplikan yang diperlukan biasanya hanya pelarutan tanpa pemekatan
-peralatan yang tidak begitu mahal
(Tim Kimia Analitik, 2012)
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1. Pipet
volum
2. Labu
ukur
3. Botol
semprot
4. Elektroda
Ag/AgCl
5. Elektroda
Ag
6. Elektroda
Pt
7. Potensiostat
sel elektrokimia
8. Beaker
gelas
3.1.2
Bahan
1. Larutan
NaNO3
2. Larutan
NaOH
3. Aquades
3.2
Skema Kerja
Larutan standar NO3
|
-
Dibuat dengan
konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 mM
-
Diencerkan dengan
ditambahkan larutan NaOH
|
Hasil
|
a.
b.
Hasil
|
-
Disusun pada sel
glass atau beaker glass
-
Disusun sehingga
jarak elektroda yang tercelup larutan elektrolit selalu sama
-
Dihubungkan pada
potensiostat yang sesuai
-
Dihidupkan
potensiotat dan computer yang telah terhubung dan dijalankan software yang
mengontrolproses analisis voltametri
-
Dimasukkan larutan
standar ke dalam sel
-
Dilakukan proses
voltametri pada potensial antara -1.6 dan 0.2 volt vs Ag/AgCl.
-
Dulangi tiga kali
untuk setiap konsentrasi standar
-
Diamati mulai dari
konsentrasi yang rendah dan diakhiri dengan sampel yang belum diketahui
konsentrasinya
-
Diamati voltagram
yang dihasilkan dan dan ditentukan nilai potensial redoks yang spesifik
terhadap NO3
-
Digambar voltagram,
dibuat kurva kalibrasinya, dan ditentukan konsentrasi nitrat dalam sample.
|
RE (Ag/AgCl), WE (Ag), CE (Pt/Stainless
Steel)
BAB 4. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul
voltametri ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan
potensiostat dan menyusun rangkaian sel elektrokimia serta melakukan analisis
voltametri untuk penentuan analit dalam larutan. Potensiostat
adalah perangkat yang akan menerapkan potensial (atau tegangan) di sepasang
elektroda dan sekaligus mengukur arus yang mengalir melalui larutan analit. Voltametri
merupakan metoda elektrokimia yang mengamati perubahan arus dan potensial. Prinsip
dasar dari voltametri adalah pengukuran arus sebagai fungsi dari potensial yang
diterapkan ketika terjadi polarisasi indikator elektroda dengan memvariasikan
potensial sehingga analit mengalami reaksi oksidasi reduksi. Atau dengan kata lain suatu analit yang diberikan
tegangan akan menghasilkan arus, kemudian arus tersebut diubah menjadi tegangan
dan ditampilkan sebagai fungsi dari waktu atau tegangan.
Polarografi merupakan metode analisis
yang didasarkan pada peristiwa polarisasi dalam elektrolisis. Polarografi
merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada prinsip elektrolisis pada
elektroda mikro tetes air raksa. Teknik polarografi dijadikan dasar bagi
pengembangan metode voltametri atau dapat dikatakan metode polarografi merupakan
sub bagian voltametri dengan menggunakan elektroda kerja elektroda tetes
merkuri (Dropping Mercury Electrode, DME). Potensial dari indikator elektroda
yang divariasikan dengan arus dan
hasilnya dicetak sebagai fungsi dari poetensial, hasil cetakan ini disebut
voltamogram. Berikut ini adalah contoh dari voltammogram:
LSV adalah kepanjangan dari linier sweep voltammetry yang
merupakan jenis paling sederhana dari
voltametri. Pada LSV, potensial dari indikator elektroda bervariasi secara
linear sebagai fungsi dari waktu. Slope yang dihasilkan dari metode ini
memiliki unit potensial (volt) per satuan waktu, dan biasanya disebut scan
rate percobaan.Tingkat scan relatif lambat, yaitu <5 mV/s, yang memungkinkan
waktu bagi analit untuk sampai ke elektroda sehingga elektroda selalu dalam kesetimbangan
dengan larutan induk. LSV memberikan informasi kualitatif dan
kuantitatif. Nilai E1/2 dapat digunakan untuk
mengidentifikasi spesies yang tidak diketahui, sedangkan ketinggian dari arus
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi.
Pengenceran
adalah berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan
pelarut. Pelarut yang digunakan umumnya adalah akuades. Pada percobaan voltametri ini dilakukan pegenceran NaNO3
dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50 mM dari larutan induk 100mM
menggunakan pelarut NaOH bukan akuades. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
adanya gangguan pada analit sehingga proses oksidasi reduksi dapat terjadi
dengan baik. Jika NaNO3 diencerkan menggunakan akuades maka
dimungkinkan akan terjadi pembentukan senyawa lain yaitu HNO3 yang
dapat menjadi pengganggu dalam pengukuran arusnya. Selain digunakan untuk
mengencerkan, NaOH juga berfungsi sebagai larutan elektrolit pendukung. Elektrolit pendukung berfungsi untuk
menekan arus migrasi, mengontrol potensial agar tahanan larutan dikurangi serta
menjaga kekuatan ion total yang konstal. Perpindahan materi dalam larutan
umunya terjadi dalam tiga jenis yaitu migrasi (gaya tarik menarik elektrostatik),
difusi ( gradien
konsentrasi) , dan konveksi (gaya
mekanik/ pengadukan). Dari ketiga jenis perpindahan tersebut menyebabkan
laju perpindahan massa yang berpengaruh pada besarnya arus total (itot)
yang terjadi (itot = im + id + ik).
Dalam voltametri, diusahakan agar arus yang terukur hanya berasal dari arus
difusi saja, maka im dan ik harus dihilangkan atau
diperkecil. Arus konveksi dapat dikurangi dengan cara melakukan percobaan tanpa
pengadukan dan arus migrasi dikurangi atau ditekan dengan penggunakan
elektrolit pendukung yang dalam percobaan ini digunakan larutan NaOH.
Voltametri merupakan metoda elektrokimia
yang didasarkan pada pengukuran arus. Besarnya arus yang dihasilkan bergantung
pada beberapa hal:
1. Konsentrasi analit
2. Seberapa cepat analit bergerak ke permukaan elektroda
3. Laju transfer electron ke sampel
4. Tegangan dan waktu
Pada percobaan ini secara tidak langsung dipelajari pengaruh
konsentrasi analit terhadap arus. Arus yang dihasilkan merupakan akibat dari
adanya proses oksidari reduksi analit. Semakin
tinggi konsentrasi analit, arus yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Konsentrasi analit yang tinggi menunjukan
komposisi zat terlarut yang tinggi didalam pelarutnya. Semakin banyak zat yang
terlarut maka semakin banyak pula zat yang terelektrolisis (mengalami proses
reduksi oksidasi) pada permukaan elektroda, dengan banyaknya zat yang mengalami
proses reduksi oksidasi maka arus yang dihasilkan juga tinggi. Sebaliknya pada larutan encer zat terlarutnya
lebih sedikit sehingga jumlah yang terelektrolisi juga lebih sedikit, hal ini
akan menghasilkan arus yang juga lebih rendah disbanding larutan yang lebih
pekat.
Larutan
standar NaNO3 yang digunakan divariasikan konsentrasinya mulai dari 0, 10, 20,
30, 40, 50 mM. Kemudian dari masing-masing larutan tersebut diukur besarnya arus
dan hasilnya dicetak sebagai fungsi dari potensial, hasil cetakan ini disebut
voltamogram. Voltamogramm ini didapat dengan mengeplotkan potensial pada sumbu
x dan arus yang dihasilkan pada sumbu y. Potensial yang diberikan berada pada
range -1600mV dan 200mV vs Ag/Agcl, tetapi pada voltamogramm yang dibuat pada
laporan ini potensialnya hanya diambil dari 0mV sampai 200mV. Hal ini dilakukan
karena voltamogramm pada range -1600mV dan 200mV memiliki banyak data sehingga
kesulitan untuk membaca grafiknya, sehingga dibuatlah voltamogramm yang
dibatasi range potensialnya yaitu 0 mV sampai 200mV sehingga didapatkan grafik
yang linier. Meskipun range potensial hanya dimabil mulai 0 mV sampai 200mV
tetapi dari voltamogram yang dihasilkan sudah dapat mewakili keseluruhan dari
data. Berikut adalah beberapa voltamogram yang dihasilkan dari percobaan:
Berdasarkan dari beberapa voltamogram yang diperoleh
menunjukkan grafik yang linier, artinya semakin tinggi beda potensial yang
dberikan maka arus yang dihasilkan semakin tinggi pula. Untuk mengetahui
hubungan konsentrasi pada masing-masing analit terhadap arus akan ditunjukkan
pada tabel berikut. Table ini mengambil potensial 200mV sebagai sampel
pengamatan.
Konsentrasi NaNO3 (mM)
|
Arus (amperemeter)
|
0
|
2456
|
10
|
2472
|
20
|
1930
|
30
|
2204
|
40
|
1811
|
50
|
1829
|
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa arus yang
dihasilkan secara umum adalah turun dengan bertambahnya konsentrasi NaNO3.
Hal ini jelas tidak sesuai dengan literature yang menyebutkan semakin tinggi
konsentrasi analit maka arus yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Hubungan
antara konsentrasi analit dengan arus
dari hasil percobaan memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan literatur.
Perbedaan ini dikarenakan beberapa kesalahan yang dilakukan pada saat
praktikum. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: (1) kurang telitinya dalam
hal pengenceran, (2) bahan-bahan yang digunakan kurang fresh atau sudah terlalu lama disimpan, (3) alat yang digunakan
tidak bersih baik dari kotoran maupun sisah akuades sehingga dapat mempengaruhi
pembacaan arus.
BAB
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari
percobaan voltametri yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Voltametri
dilakukan dengan cara memberikan tegangan pada analit yang akan menghasilkan arus, kemudian arus tersebut
diubah menjadi tegangan dan ditampilkan sebagai fungsi dari waktu atau
tegangan.
2. Terdapat
beberapa faktor yang dapat menentuka arus, salah satunya adalah konsentrasi.
Semakin tinggi konsentrasi analit maka arus yang dihasilkan akan semakin
tinggi.
3. LSV
merupakan jenis paling sederhana dari
voltametri yang memvarisikan potensial dari indikator elektroda secara linear
sebagai fungsi dari waktu
5.2
Saran
1. Hendaknya lebih teliti ketika
melakukan pengenceran
2. Alat-alat yang telah dicuci dipastikan
harus benar-benar kering dari akuades.
Daftar
Pusataka
Anonim.
2012. Aquades (http://www.nordicstaldkemi.dk)
diakses 3 April 2012 pukul 18.33 WIB.
Anonim.
2012. Sodium Nitrat (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9924120) diakses 13 April 2012 pukul 18.48
WIB.
Anonim.
2012. Sodium hidroksida http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
4728267) diakses 3 November 2012 pukul
19.04 WIB.
Day, R. A dan Underwood, A.L. diterjemahkan oleh Pudjaatmaka,
A.H. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Haryadi,W.1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Liadler, Keith. 1996. Principles of Chemistry. Kanada: The
University of Ottawa.
Tim
Kimia Analitik. 2012. Penuntun praktikum Elektrokimia.
Jember: FMIPA UJ.
jangan lupa kunjungi www.unej.ac.id
makasih sudah share
ReplyDeletepita pembersih timah solder